Pages

Tidak Semua yang Baik Itu Benar

Oleh: Deli Luthfi Rahman

Seorang anak memperhatikan seekor kepompong yang sedang berperoses untuk berubah menjadi seekor kupu-kupu. Kupu-kupu tersebut berusaha dengan sangat keras untuk keluar dari kepompong tersebut. Hal itu yang menarik perhatian sang anak. Kupu-kupu tersebut baru berhasil keluar setengah badannya, dan hal itu juga yang membuat sang anak merasa iba. Akhirnya sang anak pun mendapatkan ide untuk menolongnya, kemudian ia bergegas menuju rumahnya untuk mengambil sebuah gunting. Sang kupu-kupu masih terlihat bersusah payah demi kebebasan dirinya, akhirnya sang anak pun datang dan tanpa berpikir panjang sang anak menggunting kepompong tersebut hanya untuk membebaskan kupu-kupu yang baru keluar setengah badannya itu. Kupu-kupu pun terbebas dan lepas, namun ironis sekali nasib kupu-kupu tersebut. Ia tak bisa terbang, ia hanya bisa merayap di atas tanah. Anak itu pun mengambil kupu-kupu tersebut dan terbersit dalam pikiran sang anak bahwa kenapa kupu-kupu ini tidak bisa terbang, seharusnya ia bisa terbang di angkasa dan bermain-main di taman. Anak itu-pun merasa iba kembali dan akan menolong kupu-kupu yang tidak bisa terbang itu. Dilemparkannyalah kupu-kupu tersebut ke langit dengan harapan kupu-kupu tersebut akan terbang. Namun kupu-kupu tersebut tidak bisa mengembangkan sayapnya dan akhirnya terjatuh diatas tanah dengan keras, anak itu pun menghamipiri kupu-kupu yang cantik itu, kupu-kupu itu pun tidak bergerak dan mati.

Cerita di atas bila dilihat secara sekilas memang tampak seperti biasa-biasa saja, namun dalam cerita tersebut terdapat pelajaran yang bisa kita petik. Kupu-kupu tersebut tidak bisa terbang dikarenakan perbuatan sang anak yang menggunting kepompong tersebut. Sang anak memang bermaksud baik namun perbuatannya itu salah, justru saat-saat sulit membebaskan dirinya dari kepompong itulah yang akan membuatnya bisa terbang. karena saat kupu-kupu berusaha membebaskan dirinya ia akan berusaha mengeluarkan sayapnya sehingga mengembang, namun ketika kupu-kupu baru keluar setengah dari kepompong dan sayapnya belum mengembang sang anak malah menggunting kepompongnya, sehingga mengakibatkan sayapnya tetap mengkerut dan tidak bisa mengembang.

Dari ulat kemudian menjadi kemompong dan akhirnya menjelma menjadi sebuah kupu-kupu yang cantik, adalah sebuah evolusi yang mesti terjadi bagi hewan tersebut, ini lah suatu fitrah dari Allah. Hal ini juga yang terjadi pada manusia, manusia diberi ujian oleh Allah tentunya untuk membuat manusia tersebut menjadi mulia dan cakap dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Kadang kita sering menyalah-artikan ujian yang Allah berikan kepada kita, dan sering kita anggap bahwa Allah tidak sayang kepada kita. Manusia didalam hidupnya tidak akan lepas dari sebuah masalah atau persoalan-persoalan hidup.

Pernahkah kita dimarahi gara-gara tidak belajar?, pernahkah kita dimarahi gara-gara tidak mengerjakan shalat?, pernahakah kita dimarahi gara-gara kita tdak ngaji?, pernahkah kita dihukum oleh guru gara-gara tidak mengerjakan PR?, pernahkah kita dimarahi oleh orang tua gara-gara kita berkelahi dengan teman?. Inilah suatu bentuk kasih sayang dari orang tua, guru dan orang sekeliling kita yang diberikan kepada kita dengan bentuk kemarahan. Mungkin waktu kita dimarahi kita akan merasa sakit dan membenci pada orang tersebut, namun suatu saat kita akan berterimaksih kepada orang yang memarahi kita, karena hal itu yang membentuk diri kita menjadi orang yang baik dan menjadikan diri kita orang yang berguna.

Namun alangkah sedihnya bila kita tidak pernah dimarahi gara-gara hal tersebut. Mungkin kita akan menganggap bahwa perbuatan salah yang kita lakukan adalah benar, karena tidak pernah ada orang yang menegur, memberitahu atau memarahi kita. Kita mengnggap bahwa kita tidak usah belajar, kita mengnggap apalah artinya shalat, kita menganggap bahwa mengaji tidak penting, kita menganggap bahwa menyakiti orang lain itu perbuatan yang benar. Dan hal inlah yang akan membentuk kita menjadi orang yang tidak berguna.

Tidak semua yang baik itu benar, dan tidak semua perbuatan yang buruk itu salah.
Baik dan benar, buruk dan salah adalah suatu jawaban yang berbeda. Bila hati yang bertanya, baikah atau burukah perbuatan kita, namun bila pikiran yang bertanya benarkah atau salahkah perbuatan kita. Jadi baik dan buruk adalah jawaban dari hati sedangkan salah dan benar jawaban dari pikiran. Inilah yang membuat kita kadang-kadang salah menempatkan jawaban.

Apabila ada seorang anak yang ditampar oleh orang tua apakah jawabannya baik atau buruk?, tentu saja jawabannya pasti buruk. Mengapa buruk, karena orang tua tersebut telah menyakiti anaknya. Terus ada anak yang ditampar oleh orang tuanya gara-gara mencuri, apakah jawabannya benar atau salah, tentu saja jawabannya benar. mengapa jawabannya benar, karena orang tua tersebut menampar bukan untuk menyakiti tetapi untuk mengingatkan bahwa mencuri itu dilarang.

Kemudian apabila ada orang yang saling mencintai atau menikah, apakah jawabannya baik atau buruk?, tentu saja jawabannya baik, mengapa baik karena itulah fitrah manusia. Tetapi kalau ada orang yang saling mencintai atau menikah kepada sesama jenisnya, apakah jawabannya benar atau salah, pasti jawabannya salah. Mengapa salah, karena ia sudah melanggar aturan.

Dalam hal menentukan benar dan salah tentu saja harus ada ukurannya, ukuran benar dan salah itu ialah sebuah aturan, dan aturan bagi makhluq yang diciptakan oleh Allah ialah Al-Quran dan As-Sunnah. Jadi ukuran benar dan salah itu ialah Al-Quran dan As-Sunnah.

Disinilah salah satu peran orang tua bagi anaknya, jangan sampai orang tua marah apalagi sampai memukul dengan tidak mempunyai alasan atau memarahinya itu tidak diletakan pada dasar yang benar, bukan dengan niat menyakiti tapi dengan sutau dasar kasih sayang dan suatu amanat dari Allah supaya mendapatkan kesuksesan di dunia dan akhirat.

Cerita di atas menggambarkan, seorang anak yang bermaksud baik untuk menolong sang kupu-kupu dan tak pernah sedikitpun niat untuk menyakitinya, Namun akibat dari perbuatan anak itu malah menjadi suatu malapetaka bagi kupu-kupu. Dan ini pulalah hubungan baik dan buruk serta benar dan salah yang tentunya kita harus pandai menempatkan jawaban tersebut. Cerita sang anak dan kupu-kupu menggambarkan suatu perbuatan yang baik namun salah. Wallahu a’alami.

Sabtu, 29 Mei 2010 di 11.50

0 Comments to "Tidak Semua yang Baik Itu Benar"

Posting Komentar